Jumat, 22 Juli 2011

Cukup, Tuan.

Cukup. Saya mohon cukup!
Saya sudah muak dengan semua ini.
Saya tidak nyaman dengan perbedaan waktu ini.
Saya tidak suka dengan perbedaan kebudayaan ini.

Saya mohon Tuan.
Sudah, cukup. Cukup beberapa bulan lalu saja Anda menepikan saya.
Sudah yaa, cukup. Cukup kemaren-kemaren saja kita menjalani sesuatu yang tidak normal ini.
Saya sudah sangat menderita dengan semua jarak ini.
Saya tak sanggup lagi mendengar lagu sedih Anda.
Padahal saya yakin, bersama saya, disini, apapun akan saya lakukan agar Anda bisa tersenyum.

Berapa kali sih saya harus katakan.
Tepikan dulu mimpi yang itu.
Capai dulu satu mimpi yang pernah Anda hembuskan di depan mereka.
Baru setelah mereka menangis melihat Anda berhasil, kejar yang itu.
Tak peduli, Tuan. Sungguh, saya tidak akan pedulikan berapa lama waktu itu.
Sejauh apapun Tuan inginkan, saya turuti. Saya ikuti kemanapun Anda melangkah.
Tapi tolong. Sekarang. Hentikan dulu sejenak. Kembali ke jalan normal. Jangan terbang dulu.
Lagipula, saya belum cukup kuat untuk ikut Anda terbang.
Saya mohon. Saya ingin sekali menemani Anda terbang mengelilingi dunia. Tapi belum sekarang ya.
Bekal Anda belum banyak. Bekal saya malah belum siap.
Tenang. Kita siapkan dulu semuanya dari sini. Nanti, beberapa saat lagi, kita akan terbang bersama.
Melihat dan membawa pelangi pulang. Ya, pulang bersama kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana?