Senin, 27 Mei 2013

A chance, but no way

Ahh.. Lagi-lagi seperti ini. Dapat satu kesempatan tapi gak dikasih jalan. Bingung? Seperti posisi saya sekarang, walaupun sudah tau ujungnya akan seperti apa.

Bangun tidur saya cukup gembira mendapat undangan interview dari sebuah perusahaan furniture cukup ternama di Indonesia. Lebih gembira lagi karena lokasinya berada di kota yang saya cintai. Kemudian mood berubah secara perlahan ketika saya mmbicarakannya sama mamah.

 "Ma, ade dapet undangan interviu di **for**, tapi di Solo," kata saya.

"Kapan?" teriak mamah saya dari kamar.

"Besok sih jam 10 pagi.." saya mulai bisa mencium tanda-tanda penolakan.

"Tau deh, dek! Tanya papah sana, uangnya juga dari mana buat ongkosnya?!" Ucapnya lagi.

Seharusnnya saya tahu diri, kalo mamah udah nyuruh nanya pendapat papah itu berarti mamah udah ak setuju dan saya disuruh nyari dukungan lain yang mungkin saja bisa agak menyenangan saya. Tapi selama ini kalo kejadiannya seperti itu sih jawaban papah pasti sama. Tidak.

"Assalamualaikum, pa, ade dapat panggilan interviu," ucap saya straigth to the point.

"Di perusahaan apa?" Papah mulai menanggapi.

"**for**, pa, mmhh papah tau Ace hardware? yaa semacam itu tapi dia barang-barangya import." Saya mencoba memberikan kesan positif, setahu saya, tentang perusahaan itu.

"Wah, kayak swalayan gitu dek, ya? Gausahlah kalo menurut papah, gak sesuai untuk karir adek, gak bisa berkembang juga kan.." Dan mulailah kata-kata yang menjatuhkan mood saya. "Dimana emang?"

"Di Solo, pah," suara saya udah mulai pelan menyerah.

"Haduuh, apalagi di Solo dek, gak usahlah yaa.. UMRnya berapa di Solo tu, jauuh, gak sama kyk di Jakarta. Solo tu paling murah deh ya. Tapi ya terserah adek sih, ada uangnya? yaa paling minjem sama ni'non dulu kalo dari papah sih belum ada." Dan saya yakin kalimat terakhir adalah kata kuncinya.

Sebenernya saya masih agak sedikit ngeyel tapi disetiap sanggahan papah ada kalimat "..uangnya dari mana sekarang?" saya tahu, itu pointnya.


Dan beginilah saya. Sebagai anak bungsu, yang selalu saya dapatkan adalah harus selalu nurut kata orang tua. Karena tidak akan dipercaya sampai kapanpun juga menjadi anak kecil. Yah, saya tau kata-kata papah mungkin banyak benarnya. Tapi tetap saja saya sedih ketika saya diberi kesempatan tapi saya tidak diberi jalan. Cuma berharap ini bagian dari proses saya menjadi yang terbaik. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana?